Give hugs
tokk...tokk..tokk...
San memperhatikan daun pintu di depan nya, menunggu untuk di buka-kan oleh si pemilik rumah. Lima menit sudah ia berdiri, sesekali membenarkan gantungan nama yang terpajang di daun pintu.
Masih jam sembilan pagi, siapa juga orang yang akan bertamu sepagi ini, jika di pikir?
Pintu terbuka, menampilkan seorang gadis yang ingin ia temui dari kemarin.
Senyum san merekah, menyapa gadis cantik nya.
San mengusap lembut rambut gadis yang kini sudah berdiri di hadapan nya.
Kedua nya tak menghamburkan satu kata satu pun. Caitlin memilih menghamburkan diri nya ke dalam dekapan san, menguburkan wajah nya di pundak lebar sang kekasih, dengan pelukan erat.
“Lo kalau kangen, jadi manja begini ya?” Entah San bertanya atau meledek dengan kekehan nya, dirinya menangkup kedua pipi Caitlin, selanjutnya ikut membalas pelukan Caitlin.
-
“Mama mana?”
“Di rumah nenek,” balas Caitlin, lalu menaruh dua mangkok berisi sereal di atas meja ruang tamu.
San mendekat memilih duduk bersampingan dengan Caitlin, dirinya merasa bersalah karena mengingkar,“Maaf ga jadi pulang semalem, I didn’t mean to….,”
“Forget it,” Caitlin memilih fokus menghabiskan sereal nya, dengan tontonan kartun di depannya.
San jadi merasa tak enak.
Caitlin merasa nyaman bersandar di dada San. setelah menghabiskan sereal nya, hanya duduk sambil menonton kartun yang mereka lakukan.
“Kuliah ga hari ini?” tanya San, dengan tangan yang tak tinggal diam menggulung-gulung kecil anak rambut Caitlin.
“Nanti, abis dzuhur,” ia mengangkat kepalanya mencari posisi ternyaman. Jari nya sibuk mengganti Chanel televisi. “Ga seru ulangan semua episode nya,” kesalnya.
“ya udah sini tidur lagi aja,” San membawa Caitlin lebih dalam di dekapan nya, mengelus lembut pipi yang merona merah itu.
“Tadi lewat depan masjid?” Caitlin bertanya, tanpa merubah posisinya. Sudah terlalu nyaman
“iya,”
“Ada polisi tidur baru disitu, kemarin siang baru di bikin. Gara gara kalau orang lewat suka ngebut-ngebut katanya.” Jelasnya
“Pantesan aja,” “Itu di depan nya rumah septa ada tenda siapa?” Kini berganti menjadi San yang bertanya
“Pak RT,”
“Pak rt? Nikah lagi?”
“Hahaha,” Caitlin mendongak menatap San dengan tawa nya, menyentil kecil hidung kekasih nya. “Ya bukan lah, ngaco! Itu anak nya mau sunatan, makannya baca undangan nya,”
“kirain,” usap San pelan di kepala Caitlin.
“Nanti malem nonton bioskop di rumah mau? Tapi aku cat tembok rumah ama dulu. nanti nganterin kamu sekalian ambil cat putih di baba,”
“Pake proyektor yang kemarin?”
“iya,”
Caitlin membenarkan posisi duduk nya, mengambil pilus di atas meja sebagai cemilan.
“Tadi aku sebelum kesini nganterin Icha dulu,”
“Kemana?”
“Ke kampus nya. Cait, Ica tuh temen aku dari kecil, anggapannya sama kaya rayhan. Kalau Rayhan disini cowok sendiri, disana Icha cewek sendiri, tapi sekarang udah ada Arabelle jadi dia ada temen nya.” Jelas San yang tak ingin ada kesalahpahaman lagi antara dirinya dan Caitlin seperti saat di studio waktu itu
“Tapi rayhan ada Wawan, sekarang juga udah ada kalian lagi. Icha juga udah cerita waktu itu, selagi kamu ga miskom sama aku, aku percaya,”
San tersenyum, entah sejak kapan dirinya jatuh kedalam pesona seorang Caitlin, yang dengan mudahnya berubah menjadi manja dan dalam sekejap menjadi sosok yang serius.