Wishlist together

Perjalanan yang menyita waktu dua jam menuju puncak, cukup menyenangkan bagi Caitlin dan Caden. Dengan ditemani alunan musik yang berputar dari radio mobil dan jajanan ringan sudah cukup lengkap melengkapi perjalanan dua jam mereka.

Tapi bagi Caitlin, berdua dengan Caden saja sudah cukup.

“Kita mau ke warpat aja rapi banget ga sih koh?” Tanya Caitlin setelah menutup rapat botol minum nya.

Caden menoleh kan sedikit kepala nya, “ke warpat nya habis selesai survei tempat kemah ya,”

“Hah? Ada gila nya nih orang! Survei kemah? KOK GA BILANG BUAT APA????” Protes Caitlin yang terheran dengan ucapan Caden. Semalem Caden hanya bilang ingin jalan jalan saja, sekarang dia bilang tujuan nya mensurvei tempat untuk berkemah.

Caden hanya menanggapi protes Caitlin dengan senyumannya sembari mengangkat bahu.


Setelah selesai membayar tiket masuk untuk dua orang, kini dengan satu pendamping dari area camping ground, mereka mulai berkeliling melihat lihat area mana yang akan mereka booking untuk berkemah.

Cukup lama menimang nimbang pilihan, akhirnya Caden memutuskan memilih area yang tak jauh dari masjid dan danau. Sembari menunggu pendamping tadi menyelesaikan pembayaran, Caden menghampiri Caitlin yang duduk menunggu di tepi sungai, sesekali melemparkan batu kecil ke dalam nya.

“Lama ya?” Tanya nya sembari ikut duduk di samping Caitlin.

Caitlin yang sedikit terkejut, memberhentikan gerakan nya yang sedang melempar batu batuan kecil. “Gapapa elah koh.” Kepala nya mencari sosok pendamping yang bersama Caden tadi, “Abang- Abang nya mana yang tadi?”

“Lagi buat bukti pembayaran,”

“Kita tunggu disini? Ga ikut dia?” Caden mengangguk sebagai jawaban.

Melanjutkan lagi kegiatan nya yang tertunda, Caitlin kembali melempar batu batu kecil ke dalam danau. “Lo ga takut, kalau nanti pas lempar batu buaya nya keluar?” Tanya Caden yang pandangan nya tak lepas menatap Caitlin.

“Kalau disini ada buaya nya, mungkin udah di Telen hidup hidup dari tadi koh, lagian gabut aja sih lempar lempar batu,” balasnya sedikit menyipitkan mata nya, melihat batu yang dia lempar mendarat jauh di danau, “wushhhh jauh tuh koh,” ujar nya bangga.

Caden tertawa senang melihat Caitlin girang berhasil melempar jauh batu nya. “Kalau lempar batu di air, bukannya bisa wujudin harapan kita?”

“Bukan nya itu koin koh? Lagian masih percaya sama yang gitu gitu? Koh Caden kalau mau harapan wishlist kita terwujud tuh yah kita laksanain kita gapai, bukan lempar batu atau koin,” jelas caitlin yang mendongak menatap Caden di samping nya.

“Lo punya wishlist apa di tahun ini sampai berapa tahun berikut nya?” Pertanyaan Caden menarik perhatian Caitlin.

“Wishlist mah banyak banget, cuman belum sempet di tulis, masih di dalem otak semua, hehe,”

“Koh Caden, wishlist harapan yang bener bener pengen banget di tahun ini apa?” Lanjutnya bertanya

Menatap lurus pandangan nya ke arah danau, Caden mengungkapkan wishlist nya di tahun ini, “Beasiswa kuliah luar negeri gua di acc,”

Dengan mulut yang membentuk huruf O, “wowww,” Caitlin kagum dengan wishlist Caden.

“Mau bikin wishlist bareng gua?” Tawar Caden yang di angguki dengan semangat oleh Caitlin.

Caitlin merogoh isi tas nya, tetapi tidak menemukan yang ia cari. “Tapi gada kertas tulis dimana dong?”

“Pake note handphone dulu aja,” usul Caden

Cukup banyak wishlist yang mereka inginkan, tak sekali dua kali tertawa dengan apa yang mereka ketik. Sampai pada wishlist terakhir yang Caitlin ketik, wishlist yang selalu ia tulis di penghujung akhir tahun. Namun, dengan sengaja Caden menghapus kalimat terakhir itu.