Chasawojaya


Melihat rombongan remaja mulai mendekat ke arah meja. Staff perempuan itu berdiri mencoba bertanya, “ada yang bisa di bantu ka?” Tanya nya

Caitlin, Septa dan Azzahwa saling berpandangan. “Mau cari cibe mba,” balas caitlin, sang staff mengerutkan dahi nya, mengulang pertanyaan, “maaf, cari siapa?”

Septa menyenggol lengan Caitlin, “mereka ga kenal cibe ege-,”

“Koh Kevin nya ada mba?” Wawa mengambil alih pertanyaan. Staff pun mengerti mengangguk tersenyum. “Koh Kevin temannya koh ichwan nya ada, sudah atur waktu pertemuan?”

Ketiga nya membeku. Ada saja tadi jatuh naik motor, sekarang mereka datang tanpa janji yang dibuat. Caitlin mengide bahwa dirinya adalah model janjian yang akan berkerja sama dengan koh Kevin.

Merasa yakin staff mengantarkan 3 remaja ini masuk kedalam studio.

“Koh ada yang mencari,” ujar staff membuat semua yang berada di dalam studio foto menoleh kearah pintu dimana 3 remaja itu muncul di belakang staf.

Woahhh para gadis gadis aku,” teriak Rayhan menyambut kedatangan mereka. Dibelakang sana Wawa menaruh telunjuk nya di depan bibir mengisyaratkan untuk Rayhan tidak berisik menganggu yang lain.

“Gapapa, suruh masuk aja,” Ichwandi Kusuma sang pemilik studio photo mengizinkan.

“Haii semua,” sapa Caitlin, septa dan Wawa sambil melambaikan tangan mereka. “Ada kue nih, taruh dimana dulu?”

“Repot repot banget sih Cait, taruh di meja dulu rias belakang dulu aja, gapapa. Makasih ya,” balas koh Kevin yang sedikit membalik badannya dari fokusnya pada laptop, sekedar melihat Caitlin.

Namun, Caitlin sedikit terbelalak melihat dua orang tertawa di ruang rias. Arabelle bersenda gurau sembari memperbaiki tataan rambut Caden. Saat akan menaruh kue di meja tanpa menegur sapa dua mahluk itu, nyatanya Arabelle melihat lebih dulu kedatangan caitlin.

“Caitlinnnnnnn sejak kapan disiniiii, kok ga bilang mau dateng,” ucap nya sembari menghamburkan diri memeluk Caitlin. Caitlin merasa asing, “hmm baru kok hehe,” dirinya tertawa canggung, tak sengaja bertatapan dengan Caden yang menotis kehadirannya.


Ahhhh rasanya mengapa Caitlin menjadi canggung di tengah keramaian ini. Padahal sedari tadi mereka semua bercanda di tengah break nya pemotretan. Tak sengaja juga Rayhan menepuk lutut Caitlin saat tertawa dengan gurauannya. “Sssh,”

“Kenapa Cait?”

“Lo kalau ketawa bisa ga ga usah mukul,” ujar nya membentuk tangan mengepal ingin menonjok wajahnya. Bisa bisanya luka Caitlin di tepuk oleh Gunawan.

Satu jam berlalu tak ada yang menarik bagi Caitlin, padahal tadi dirinya semangat setengah mati, bayangan dirinya tentang laki laki rt. 07 memang benar sangat sangat menawan.

“Cait, jangan diem aja dong, marah marah gitu biar timeline Twitter gua rame,” Rayhan menepuk bahu Caitlin, yang sedari tadi hanya diam.

Arabelle yang sedang mengecat kuku tangan Caden menoleh, “Cait, main Twitter?” Caitlin mengangguk sebagai jawaban. Namun, Abel tak melanjutkan pertanyaan nya.

Semuanya sibuk, koh Kevin bersama koh Ichwan dan koh Hendri yang baru Caitlin kenal barusan sedang dibawah sekarang. Lalu septa dan Sadam yang sibuk mencuri curi pandang. Rayhan, Wawa dan Wawan sedang berfoto seakaan akan keluarga berencana. Arabelle dan Caden yang asik berkutek ria. Lalu terakhir San dan seorang perempuan bermata sipit sesekali beradu mulut. Cait merasa sendiri walaupun sebenarnya ia bisa bergabung dimana saja.

Kembali menyempurnakan lagi ketikan yang ia tulis di dalam laptop. Malam ini, Caitlin berhasil menyelesaikan draft naskah cerita yang dia ketik. sebelum dia mengirim nya kepada editor penerbit.

Segelas kopi dingin yang menemani malam hari nya, duduk menghadap jendela dengan pandangan mata yang tak lepas dari laptop nya. Sesekali menggigit kuku jarinya dikala belum merasa puas dengan hasil ketikan dirinya.

Rambut yang sengaja dia kuncir kuda, berpakaian simple kaos lengan pendek bergambarkan kupu-kupu dengan bawahan celana training. cukup nyaman untuk dia pakai saat berada di dalam kamar sambil menyelesaikan pekerjaannya.


Setidaknya, bila sampai saat ini kita masih belum bisa untuk bersua seraya realita. Aku merasa cukup dekat denganmu jika memang harus membaca berulang kali buku ini.

Paragraf terakhir dalam draft yang ia ketik, cukup membuat hati nya merasa terhenyak. Bagaimana mungkin ia menceritakan kembali seorang yang selalu berlari di dalam pikirannya tanpa pernah bertemu lagi sejak 10 tahun terakhir.

Semua reminisensi indah itu terangkum dalam sebuah ketikan malam ini.